Mereka sama-sama besar, sama-sama glamour, sama-sama keren, mantep.
Dan yang paling penting, mereka sama sama teman saya (sama seperti anda,kawan).
Tapi pada hari ini (hari dimana saya berkisah), agaknya saya tergelak melihat perbedaan yang mendasar diantara mereka berdua.
Kawan, izinkan saya memberi sedikit sekapur sirih mengawali kisah saya ini:
"Semua orang hidup di dunia tentunya ingin selalu merasakan yang terbaik. Kaya, pintar, tampan, cantik, macho, disukai para relasinya, dll. Beberapa dari mereka ingin suatu tantangan yang memang lumrahnya pasti didapat oleh semua. Tidak mungkin kita hidup tanpa suatu masalah, tantangan, dan perbedaan. Dan saya mungkin salah satu diantara mereka yang menikmati adanya perbedaan, seperti beragamnya sifat-sifat dari kawan-kawan sejawat saya (yaa, kan ga seru kalo semuanya baik). Nah, mudah-mudahan kawan dapat mengerti bahwa saya sungguh menikmati kisah saya dibawah ini. Bukan untuk maksud mencela, menyindir, atau ga jelas."
dikit kaan..
Here is:
Ujian Nasional akan terjadi 10 hari lagi. Hari ini teman-teman sekelasku sibuk mengerjakan soal. Ada yang mengulang soal-soal yang pernah diberikan Bapak/Ibu guru, tanya jawab, bertanya pada teman yang lebih mengerti, dll. Tapi ada juga yang bermain suatu game di laptopnya, gosip, jajan, shalat dhuha, atau sekedar bermain kartu melepas lelah.
Dua teman besarku sedang asik mengerjakan soal. Karena kemarin adalah Try Out terakhir yang diadakan sekolah dan mereka berdua merasa masih ingin merasakan sensasi Try Out atau Pra Ujian Nasional. Maka mereka pun mengerjakan paket soal pada sebuah buku kumpulan soal dengan batasan waktu yang telah mereka berdua sepakati.
Bagaimana denganku? Aku termasuk dalam kabilah yang bertanya pada teman yang lebih mengerti. Dan asik bertanya-tanya seputar masalah distilasi minyak bumi.
Tik tok tik tok jarum jam berdetok. Waktu yang mereka sepakati telah datang. Mereka berdua harus menyudahi pekerjaan mereka. Setelah itu mereka memeriksa jawaban mereka masing-masing. Dan mereka pun mendapatkan nilai dari hasil pengerjaan mereka yang tekun.
Mereka berdua berlari kearahku dan temanku -- yang lebih mengerti --. Bumi seakan bergoncang dengan kelincahan mereka dalam berlari. Dalam benakku, apakah mereka tidak menyadari betapa sehat tubuh mereka dibandingkan tubuh temanku yang mendapat PPKB Ilkom UI? (Just kidding..)
Yang satu berkata dengan riang dan manjanya: "Rama, rama... Tebak nilai aku berapa??", dan aku penasaran. "Lima koma tujuh lima!! Asiiik, alhamdulillah naek dari yang tadi." Aku dan temanku -- yang lebih mengerti -- tersenyum dibuatnya. Ya, dia adalah orang yang semangat, besar, glamor, keren, mantep, shinny, etc. Nilai Try Outnya mungkin bisa dikatakan cukup. Sudah lulus, namun mungkin agak kurang kompeten dibandingkan dengan yang lain. Tapi dia selalu menunjukkan peningkatan dari hasil-hasil yang ia dapatkan. Aku pun terus memberi semangat dan doa.
And then,
Yang satu berkata dengan muka kesal dan marah setelah aku dan temanku --yang lebih ...---, "Sembilan. Padahal gue yakin nggak ada yang salah. Kunci jawabannya... Huh!". Ia pun bertanya kepada temanku --yang ...---, tentang jawabannya yang salah empat itu. Ternyata memang teman besarku yang satu itu belum beruntung.
Aku dan temanku --...-- pun diam dan hanya tersenyum simpul laso, melihat perbedaan itu tepat di depan mata dan bersamaan.
Kawan,
sedari dulu saya belajar kwn, atau baca cerpen, atau dikasih soal cerita yang ceritanya ada seorang anak pintar yang selalu menjadi bintang kelas di sekolahnya. Dia tidak pernah puas, dsb dsb, dan ada anak yang biasa saja, namun dia sangat enjoy menjalani hidupnya (ya, pasti kawan sering denger ceritanya juga). Saya sumringah dan agaknya terkesan melihat bahwa: ooh, ternyata itu ada.
Kawan,
percayalah perbedaan tadi mewarnai hidup saya..
Ujian Nasional akan terjadi 10 hari lagi. Hari ini teman-teman sekelasku sibuk mengerjakan soal. Ada yang mengulang soal-soal yang pernah diberikan Bapak/Ibu guru, tanya jawab, bertanya pada teman yang lebih mengerti, dll. Tapi ada juga yang bermain suatu game di laptopnya, gosip, jajan, shalat dhuha, atau sekedar bermain kartu melepas lelah.
Dua teman besarku sedang asik mengerjakan soal. Karena kemarin adalah Try Out terakhir yang diadakan sekolah dan mereka berdua merasa masih ingin merasakan sensasi Try Out atau Pra Ujian Nasional. Maka mereka pun mengerjakan paket soal pada sebuah buku kumpulan soal dengan batasan waktu yang telah mereka berdua sepakati.
Bagaimana denganku? Aku termasuk dalam kabilah yang bertanya pada teman yang lebih mengerti. Dan asik bertanya-tanya seputar masalah distilasi minyak bumi.
Tik tok tik tok jarum jam berdetok. Waktu yang mereka sepakati telah datang. Mereka berdua harus menyudahi pekerjaan mereka. Setelah itu mereka memeriksa jawaban mereka masing-masing. Dan mereka pun mendapatkan nilai dari hasil pengerjaan mereka yang tekun.
Mereka berdua berlari kearahku dan temanku -- yang lebih mengerti --. Bumi seakan bergoncang dengan kelincahan mereka dalam berlari. Dalam benakku, apakah mereka tidak menyadari betapa sehat tubuh mereka dibandingkan tubuh temanku yang mendapat PPKB Ilkom UI? (Just kidding..)
Yang satu berkata dengan riang dan manjanya: "Rama, rama... Tebak nilai aku berapa??", dan aku penasaran. "Lima koma tujuh lima!! Asiiik, alhamdulillah naek dari yang tadi." Aku dan temanku -- yang lebih mengerti -- tersenyum dibuatnya. Ya, dia adalah orang yang semangat, besar, glamor, keren, mantep, shinny, etc. Nilai Try Outnya mungkin bisa dikatakan cukup. Sudah lulus, namun mungkin agak kurang kompeten dibandingkan dengan yang lain. Tapi dia selalu menunjukkan peningkatan dari hasil-hasil yang ia dapatkan. Aku pun terus memberi semangat dan doa.
And then,
Yang satu berkata dengan muka kesal dan marah setelah aku dan temanku --yang lebih ...---, "Sembilan. Padahal gue yakin nggak ada yang salah. Kunci jawabannya... Huh!". Ia pun bertanya kepada temanku --yang ...---, tentang jawabannya yang salah empat itu. Ternyata memang teman besarku yang satu itu belum beruntung.
Aku dan temanku --...-- pun diam dan hanya tersenyum simpul laso, melihat perbedaan itu tepat di depan mata dan bersamaan.
Kawan,
sedari dulu saya belajar kwn, atau baca cerpen, atau dikasih soal cerita yang ceritanya ada seorang anak pintar yang selalu menjadi bintang kelas di sekolahnya. Dia tidak pernah puas, dsb dsb, dan ada anak yang biasa saja, namun dia sangat enjoy menjalani hidupnya (ya, pasti kawan sering denger ceritanya juga). Saya sumringah dan agaknya terkesan melihat bahwa: ooh, ternyata itu ada.
Kawan,
percayalah perbedaan tadi mewarnai hidup saya..